Bab1
Sistem Ekonomi Indonesia
A.
Pengertian
Sistem
Sistem
adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subyek dan obyek serta
perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu.
Yang termasuk subyek dan obyek
dalam sistem, yaitu:
·
Sistem kemasyarakatan : orang atau
masyarakat
·
Sistem kehidupan/lingkungan : makhluk
hidup dan benda alam
·
Sistem peralatan : barang/alat
·
Sistem informasi : data, catatan, dan
fakta
B.
Sistem
Ekonomi dan Sistem Politik
Menurut Dumairy (1996), sistem
ekonomi adalah sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar
manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Didalam
sistem ekonomi terdapat:
-Subyek/obyek:
manusia (subyek) dan barang ekonomi (obyek)
-Perangkat
kelembagaan: lembaga ekonomi formal dan non formal dan cara serta mekanisme
hubungan
-Tatanan:
hukum dan peraturan perekonomian
Benang merah hubungan sistem
ekonomi dan sistem politik, sebagai berikut:
1. Liberalisme
dengan Komunisme, konteksnya adalah ideologi politik
2. Demokrasi
dengan Otokrasi atau otoriter, konteksnya adalah rejim pemerintahan
3. Egaliterisme
dengan Etatisme, konteksnya penyelenggaraan kenegaraan
4. Desentralisme
dengan Sentralisme, konteksnya struktur birokrasi
5. Kapitalisme
dengan Sosialisme, konteksnya ideologi ekonomi
6. Mekanisme
pasar dengan Perencanaan terpusat, konteksnya pengelolaan ekonomi
C.
Kapitalisme
dan Sosialisme
Sistem
ekonomi kapitalisme mengakui kepemilikan individu terhadap sumber daya, sumber ekonomi
atau faktor-faktor produksi dan terdapat keleluasan bagi individu dalam memilki
sumberdaya. Campur tangan pemerintah disini sangat minim dan tidak ada batasan
bagi individu dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya.
Sistem
ekonomi sosialisme mengakui sumberdaya ekonomi atau faktor produksi diklaim
sebagai milik Negara. Campur tangan pemerintah disini sangat tinggi serta
persoalan ekonomi harus dikendalikan oleh pemerintah pusat. Imbalan yang
diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja.
1. Bukan kapitalis dan bukan sosialis.
Indonesia mengakui kepemilikan individu terhadap sumber ekonomi, kecuali sumber
ekonomi yang menguasai hidup orang banyak dikuasai oleh Negara sesuai dengan
UUD’45.
2 .
Pengakuan terhadap kompetisi antar
idividu dalam meningkatkan taraf hidup dan antar badan usaha untuk mencari
keuntungan, tapi pemerintah juga mengatur bidang pendidikan, ketenagakerjaan,
persaingan, dan membuka prioritas usaha.
3. Pengakuan terhadap penerimaan imbalan
oleh individu atas prestasi kerja dan badan usaha dalam mencari keuntungan.
Pemerintah mengatur upah kerja minimum dan hukum perburuhan.
4. Pengelolaan ekonomi tidak sepenuhnya
percaya kepada pasar. Pemerintah juga bermain dalam perekonomian melalui BUMN
dan BUMD serta departemen teknis untuk membantu meningkatkan kemampuan
wirausahawan (UKM) dan membantu permodalan.
E.
Kadar
Kapitalisme dan Sosialisme
Unsur kapitalisme dan sosialisme
yang ada dalam sistem ekonomi Indonesia dapat dilihat dari sudut berikut ini:
a. Pendekatan
factual struktual yakni menelaah peranan pemerintah dalam perekonomian. Pendekatan
untuk mengukur kadar campur tangan pemerintah menggunakan kesamaan Agregat
Keynesian:
Y=C
+ I +G + (X-M)
Y=
Pendapatan nasional
I
= Investasi yang dilakukan oleh pemerintah
G
= Pengeluaran pemerintah
X
= Ekspor
M
= Impor
b. Pendekatan
sejarah yakni menelusuri pengorganisasian perekonomian Indonesia dari waktu ke
waktu.
c. Berdasarkan
sejarah, Indonesia dalam pengelolaan ekonomi tidak pernah terlalu berat kepada
kapitalisme atau sosialisme karena sistem kapitalis yang dilakukan oleh
berbagai cabinet menghasilkan keterpurukan ekonomi hingga tahun 1999. Sedangkan
percobaan untuk mengikuti sistem sosialis yang dilakukan oleh Presiden 1
menghasilkan keterpurukan ekonomi hingga akhir tahun 1965.
SOAL SISTEM EKONOMI INDONESIA
1. Apa
yang dimaksud dengan sistem?
a.
Organisasi besar yang menjalin
berbagai subyek dan obyek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan
tertentu.
b. Kelompok
terkecil yang ada dalam masyarakat serta melakukan fungsi tertentu
c. Sebuah
perangkat yang tidak terorganisasi
d. Organisasi
kecil yang hanya mempunyai perangkat kelembagaan
2. Yang
termasuk subyek dan obyek dalam suatu sistem, kecuali…
a. Orang
b. Benda
alam
c. Fakta
d.
Opini
3.
Benang merah hubungan sistem
ekonomi dan sistem politik, yaitu…
a.
Demokrasi dengan Komunisme
b.
Kapitalisme dengan Sosialisme
c.
Otokrasi dengan Sosialisme
d.
Mekanisme pasar dengan
Desentralisme
4.
Berikut adalah ciri-ciri
sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme
1.) Kepimilikan individu terhadap sumber daya
2.) Campur tangan pemerintah sangat minim
3.) Sumberdaya dipakai sepuasnya
4.) Sumberdaya ekonomi di klaim milik Negara
Dari pernyataan diatas,
yang termasuk ke dalam ciri-ciri sistem ekonomi diatas adalah…
a.
1,2,3
b.
2,3,4
c.
1,2,4
d.
4,3,1
5.
Rumus yang digunakan untuk
mencari pendapatan nasional dengan pendekatan faktual struktual adalah…
a.
Y = C - I + G – (X + M)
b.
Y = C + I + G + (X – M)
c.
Y + C + I + G = (X – M)
d.
Y = C + I - G + (X - M)
Bab 2
Sejarah Ekonomi Indonesia
A.
Sejarah Prakolonialisme
Sejarah Indonesia sebelum masuknya kolonialisme asing terutama
Eropa adalah sejarah migrasi yang memiliki karakter atau sifat utama berupa
perang dan penaklukan satu suku bangsa atau bangsa terhadap suku bangsa atau
bangsa lainnya.
Pada zaman pra sejarah, dapat diketemukan bahwa wilayah yang kita
sebut sebagai Indonesia, telah menjadi tujuan migrasi suku bangsa yang berasal
dari wilayah lain. 2000 atau 3000 sebelum Masehi, suku bangsa Mohn Kmer dari
daratan Tiongkok bermigrasi ke Indonesia karena terdesaknya posisi mereka
akibat berkecamuknya perang antar suku. Kedatangan mereka dalam dengan tujuan
mendapatkan wilayah yang baru, hal tersebut berarti mereka harus menaklukan
suku bangsa lain yang lebih dulu berdiam di Indonesia. Selain menguasai wilayah
baru, mereka juga menjadikan suku bangsa yang dikalahkan sebagai budak.
Bangsa-bangsa yang lebih maju peradabannya, datang ke Indonesia.
Mula-mula sebagai tempat persinggahan dalam perjalanan dagang mereka dan
kemudian berkembang menjadi upaya lebih terorganisasi untuk penguasaan wilayah,
hasil bumi maupun jalur perdagangan. Seperti kedatangan bangsa Dravida dari
daratan India yang sedang mengalami puncak kejayaan masa perbudakan di negeri
asalnya, berhasil mendirikan kekuasaan di beberapa tempat seperti Sumatra dan
Kalimantan.
Mereka memperkenalkan pengorganisasian kekuasaan dan politik
secara lebih terpusat dalam bentuk berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu dan
Budha. Berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga menandai zaman keemasan dari
masa kepemilikan budak di Nusantara yang puncaknya terjadi pada periode
kekuasaan kerajaan Majapahit. Seiring dengan perkembangannya perdagangan, maka juga
terjadi emigrasi dari para saudagar dan pedagang dari daratan Arab yang
kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan Islam baru di daerah pesisir pantai untuk
melakukan penguasaan atas bandar-bandar perdagangan. Berdirinya kerajaan Islam
telah mendesak kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha ke daerah pedalaman dan mulai
memperkenalkan sistem bercocok tanam yang lebih maju dari sebelumnya berupa
pembangunan irigasi dan perbaikan teknik pertanian, menandai mulai
berkembangnya zaman feudalisme. Pendatang dari Cina juga banyak berdatangan
terutama dengan maksud mengembangkan perdagangan seperti ekspedisi kapal dagang
Cina di bawah pimpinan Laksamana Ceng Hong yang mendarat di Semarang. Pada masa
ini juga sudah berlangsung migrasi orang-orang Jawa ke semenanjung Malaya yang
singgah di Malaysia dan Singapura untuk bekerja sementara waktu guna
mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan perjalanan ke Mekah dalam rangka ziarah
agama. Demikian juga orang-orang di pulau Sangir Talaud yang bermigrasi ke
Mindano (Philipina Selatan) kareana letaknya yang sangat dekat secara
geografis.
Dari catatan sejarah yang sangat ringkas tersebut, maka kita dapat
menemukan beberapa ciri dari gerakan migrasi awal yang berlangsung di masa-masa
tersebut. Pertama, wilayah Nusantara menjadi tujuan migrasi besar-besaran dari
berbagai suku bangsa lain di luar wilayah nusantara. Sekalipun pada saat itu
belum dikenal batas-batas Negara, tetapi sudah terdapat migrasi yang bersifat
Internasional mengingat suku-suku bangsa pendatang berasal dari daerah yang sangat
jauh letaknya. Kedua, motif atau alasan terjadinya migrasi pertama-tama adalah
ekonomi (pencarian wilayah baru untuk tinggal dan hidup, penguasaan
sumber-sumber ekonomi dan jalur perdagangan) dan realisasi hal tersebut
menuntut adanya kekuasaan politik dan penyebaran kebudayaan pendukung. Ketiga,
proses migrasi tersebut ditandai dengan berlangsungnya perang dan penaklukan,
cara-cara yang paling vulgar dalam sejarah umat manusia. Keempat, migrasi juga
telah mendorong perkembangan sistem yang lebih maju dari masa sebelumnya
seperti pengenalan organisasi kekuasaan yang menjadi cikal bakal negara (state)
dan juga sistem pertanian.
B.
Sistem Monopoli VOC
Kebijakan pemerintah kolonial yang paling lama di Indonesia adalah
monopoli perdagangan oleh VOC. Dua abad sejak berdiri, pengaruh VOC baik di
bidang ekonomi maupun politik sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia. VOC
telah mengambil banyak keuntungan dari pelaksanaan monopoli perdagangan
terutama rempah-rempah. Zaman kolonial di Indonesia sesungguhnya sudah dimulai
sejak tahun 1511 setelah bangsa Portugis menduduki Malaka dan tahun kemudian
menduduki Maluku. Kolonialisme berasal dari nama seorang petani Romawi yaitu
Colonus yang pergi jauh untuk mencari tanah yang belum dikerjakan. Lama-lama
banyak orang yang tertarik dan mengikuti jejaknya. Mereka kemudian bersama-sama
menetap di suatu tempat yang baru tersebut yang kemudian disebut colonia.
VOC yang berdiri pada tanggal 20 Maret 1602 tersebut terus
berkembang dan berhasil menguasai beberapa daerah penghasil rempah-rempah di
Indonesia, hal ini karena VOC merupakan wakil resmi dari kerajaan Belanda
dengan diberikan hak Octrooi (hak istimewa) antara lain:
a.
Hak monopoli perdagangan
b.
Hak mencetak dan
mengeluarkan uang
c.
Hak mengadakan perjanjian
d.
Hak mengumumkan perang
e.
Hak menjalankan kekuasaan
kehakiman
f.
Hak memungut pajak
g.
Hak memiliki angkatan perang
h.
Hak menyelenggarakan
pemerintahan sendiri
Dengan hak-hak istimewa yang dimiliki oleh VOC, maka kongsi dagang
yang sering disebut kompeni ini berkembang dengan cepat. Kedudukan Portugis
mulai terdesak dan bendera kompeni mulai berkibar.
Pada saat itu, dalam upaya memperlancar aktivitas organisasi, VOC
pada tahun 1610 memutuskan untuk membentuk jabatan Gouverneur Generaal sebagai
wakil Heeren XVII di Asia, yang pada waktu itu berkedudukan di Maluku. Gubernur
Jenderal VOC pertama Pieter Booth.
Kebijakan ekspansif itu semakin mudah untuk diwujudkan ketika Jan
Pieterszoon Coen yang bersemboyan “tidak ada perdagangan tanpa perang dan juga
tidak ada perang tanpa perdagangan” diangkat menjadi Gouverneur Generaal pada
tahun 1619. Ia memindahkan pos dagang VOC di Banten dan kantor pusat VOC dari
Maluku ke Batavia, dalam persaingan dengan sesama Barat memperkuat kepercayaan
diri VOC, sehingga Portugis terpaksa harus segera pergi dari kepulauan Maluku
dan kemudian menyerahkan Melaka kepada VOC pada tahun 1641. Sebelum itu,
Belanda dengan keunggulan senjata dan memanfaatkan kompetisi dan konflik di
antara penguasa lokalnya, berhasil memonopoli perdagangan pala, fuli, dan
cengkeh di Maluku. Bentuk aturan paksaan VOC yang diterapkan di Indonesai,
antara lain:
a)
Aturan monopoli dagang,
yaitu menguasai sendiri seluruh perdagangan rempah-rempah di Indonesia
b)
Contingen Stelsel, yaitu pajak yang
harus dibayar oleh rakyat dengan menyerahkan hasil bumi
c)
Verplichte Leverantie, yaitu kewajiban
menjual hasil bumi hanya kepada VOC dengan harga yang telah ditetapkan
d) Preangerstelsel,
yaitu kewajiban yang dibebankan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.
Kompeni
mengikat raja-raja dengan berbagai perjanjian yang merugikan. Makin lama
Kompeni makin berubah menjadi kekuatan yang tidak hanya berdagang, tetapi ikut
mengendalikan pemerintahan di Indonesia. Kompeni mempunyai pegawai dan anggota
tentara yang semakin banyak. Daerah kekuasaannya pun semakin luas. Tentu
Kompeni membutuhkan biaya besar untuk memelihara pegawai dan tentaranya. Biaya
itu diambil dari penduduk. Pada zaman kompeni penduduk kerajaan-kerajaan
diharuskan menyerahkan hasil bumi seperti beras, lada, kopi, rempah-rempah,
kayu jati dan lain sebagainya kepada VOC. Hasil bumi itu harus dikumpulkan pada
kepala desa dan untuk setiap desa ditetapkan jatah tertentu. Kemudian kepala
desa menyerahkannya kepada bupati untuk disampaikan kepada Kompeni. Tentu saja
Kompeni tidak mendapatkannya dengan gratis, tetapi
juga memberi imbalan berupa harga hasil bumi itu. Tetapi harga itu ditetapkan
oleh Kompeni, dan tidak ada tawar-menawar terlebih dahulu. Lagi pula, uang
harga pembelian itu tidak untuk sampai ke tangan petani di desa-desa. Biasanya
uang itu sudah dipotong oleh pegawai-pegawai VOC maupun oleh kepala-kepala
daerah pribumi.
C.
Sistem
tanam paksa
Tanam
paksa atau biasa disebut Cultuurstelsel merupakan sistem yang bertujuan dan
bermanfaat bagi Belanda. Tanam Paksa adalah peraturan memperkerjakan seseorang
dengan paksa yang dapat sangat merugikan pekerja dan tanpa diberi gaji serta
tanpa istirahat. Sistem Tanam Paksa dimulai tahun 1816 pada pemerintahan
kolonial Belanda yang kembali berkuasa di Indonesia. Pada awalnya sebagai
pemegang jabatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda adalah Baron van der Dapellen.
Ia mencoba menerapkan politik liberal pada masa kekuasaannya. Namun, kebijakan
itu mengalami kegagalan. Penyebabnya antara lain:
·
Kebijakan politik liberal tidak sesuai
dengan sistem feodal di Indonesia terutama di Jawa
·
Struktur birokrasi feodal yang panjang
dan berbelit menyebabkan pemerintah tidak dapat berhubungan langsung dengan
rakyat
·
Kas negara makin kosong akibat Perang
Diponegoro yang tidak kunjung selesai
·
Kesulitan keuangan makin membesar setelah
Belgia sebagai salah satu sumber dana melepaskan diri dari Belanda pada tahun
1830
·
Ekspor Belanda kalah bersaing dengan
Inggris
Belajar
dari kegagalan itu, pada tahun 1830 Belanda melantik Johannes van den Bosch
menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Johannes van den Bosch kemudian
melaksankan politik konservatif meniru gaya pemerintahan Daendels dan Raffles
yaitu dengan mengeksploitasi tenaga kerja penduduk pribumi. Program kerja Van
den Bosch lebih dikenal dengan nama Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel.
Tujuan
utama Sistem Tanam Paksa adalah memperoleh pendapatan yang besar dengan
mewajibkan menanam tanaman dagang yang laku dan dibutuhkan di pasaran Eropa
seperti tebu, nila, teh, kopi, tembakau, kayu manis, dan kapas.
Ketentuan pokok Sistem Tanam Paksa,
antara lain:
1) Para
petani yang mempunyai tanah diminta menyediakan seperlima tanahnya untuk
ditanami tanaman perdagangan yang sudah ditentukan
2) Bagian
tanah yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tersebut dibebaskan dari
pembayaran pajak
3) Hasil
dari penanaman tanaman perdagangan itu harus diserahkan kepada pemerintah
Belanda. Setiap kelebihan hasil panen dan nilai pajaknya akan dibayarkan
kembali sisanya
4) Tenaga
dan waktu untuk menggarap tanaman perdagangan tidak melebihi dari tenaga dan
waktu dalam menanam padi
5) Kegagalan
panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab pemerintah
6) Bagi
mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selam 66 hari dalam setahunnya
di perkebunan milik pemerintah
7) Penggarapan
tanah untuk tanaman wajib akan diawasi langsung oleh penguasa pribumi. Pegawai
Belanda secara umum mengawasi jalannya penggarapan dan pengangkutannya
Dalam pelaksanaannya peraturan yang
telah ditetapkan seringkali tidak dipatuhi. Berbagai penyimpangan terjadi,
seperti:
-Sawah
dan ladang rakyat terbengkalai karena perhatian dipusatkan pada penanaman
tanaman wajib
-Rakyat
yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan
-Luas
lahan untuk penanaman tanaman wajib melebihi dari seperlima lahan garapan
-Lahan
yang disediakan untuk penanaman tanaman wajib tetap dikenakan pajak tanah
-Kelebihan
hasil panen dan jumlah pajak yang harus dibayar tidak dikembalikan
-Kegagalan
panen tanaman wajib tetap menjadi tanggung jawab petani
Berbagai
penyimpangan terhadap pelaksanaan Sistem Tanam Paksa telah mengakibatkan
penderitaan yang sangat besar bagi rakyat pedesaan di Pulau Jawa. Timbul bahaya
kelaparan dan wabah penyakit dimana-mana. Bahaya kelaparan menimbulkan korban
jiwa yang mengerikan terjadi di daerah Cirebon (1843), Demak (1849), dan
Grobogan (1850). Hal ini mengakibatkan jumlah penduduk di daerah-daerah
tersebut turun drastis. Sistem Tanam Paksa yang mengakibatkan penderitaan
menimbulkan reaksi bangsa Indonesia dengan mengadakan perlawanan atau
penentangan. Para penentang sistem Tanam Paksa antara lain:
·
Edward
Douwes Dekker (1820-1887)
Edward
Douwes Dekker adalah seorang residen di Lebak, Serang, Jawa Barat. Ia sangat
sedih menyaksikan buruknya nasib bangsa Indonesia akibat sistem Tanam Paksa. Ia
menulis buku berjudul Max Havelar yang
terbit pada tahun 1860. Dalam buku tersebut, ia memakai nama samara “Multatuli”. Isi buku tersebut
melukiskan penderitaan rakyat Indonesia akibat pelaksanaan sistem Tanam Paksa.
Tulisan Douwes Dekker menyebabkan orang Belanda menjadi terbuka melihat
keburukan sistem Tanam Paksa dan menghendaki agar sistem Tanam Paksa
dihapuskan.
·
Baron
van Hoevel (1812-1879)
Semula
Baron van Hoevel tinggal di Jakarta. Kemudian pulang ke Negeri Belanda menjadi
anggota parlemen. Selama tinggal di Indonesia, ia mengetahui banyak tentang penderitaan
bangsa Indonesia akibat sistem Tanam Paksa. Baron van Hoevel bersama dengan Fransen van de Putte menentang sistem
Tanam Paksa. Fransen van de Putte menulis buku berjudul “Suiker Contracten” (kontrak-kontrak gula). Kedua tokoh tersebut
berjuang keras untuk menghapuskan sistem Tanam Paksa melalui parlemen Belanda.
D.
Sistem
Ekonomi Kapitalis Liberal
Sistem ekonomi
liberal kapitalis adalah sitem ekonomi yang aset-aset produktif dan
faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta.
Sementara tujuan utama kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba.
Sistem
perekonomian/tata ekonomi liberal kapitalis merupakan sistem perekonomian yang
memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan
perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan
lain sebagainya.
Dalam
perekonomian liberal kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri
sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk
memperoleh laba sebesar- besarnya dan bebas melakukan kompetisi untuk
memenangkan persaingan bebas.
Ciri-ciri dari sistem ekonomi liberal kapitalis antara
lain :
a)
Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber
produksi.
b)
Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam
kegiatan ekonomi.
c)
Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
d)
Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam
mencari keuntungan.
e)
Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
f)
Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonom.
g)
Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu
tinggi.
Sistem ekonomi liberal kapitalis memilki keuntungan dan juga mempunyai kelemahan, antara lain :
·
Keuntungan
:
1)
Menumbuhkan inisiatif dan kerasi masyarakat dalam
kegiatan ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari
pemerintah.
2)
Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya
produksi, yang nantinya akan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3)
Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
4)
Mengahsilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya
persaingan semangat antar masyarakat.
5)
Efisiensi dan efektifitas tinggi, karena setiap tindakan
ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan.
·
Kelemahan :
1)
Terjadinya persaingan bebas yang tidak
sehat.
2)
Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin
semakin miskin.
3)
Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
4)
Banyak terjadinya gejolak dalam
perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu.
5)
Pemerataan pendapatan sulit dilakukan,
karena persaingan bebas tersebut.
Ada lima institusi pokok yang membangun
sitem ekonomi liberal kapitalis, yakni:
a. Hak kepemilikan.
Sebagian besar hak kepemilikan dalam
sistem ekonomi liberal kapitalis adalah hak kepemilikan swasta/individu (private/individual
property), sehingga individu dalam masyarakat liberal kapitalis lebih
terpacu untuk produktif.
b. Keuntungan.
Keuntungan (profit) selain
memuaskan nafsu untuk menimbun kekayaan produktif, juga merupakan bagian dari
ekspresi diri, karena itu keuntungan dipercaya dapat memotivasi manusia untuk
bekerja keras dan produktif.
c. Konsumerisme.
Konsumerisme sering diidentikkan dengan
hedonisme yaitu falsafah hidup yang mengajarkan untuk mencapai kepuasan sebesar-besarnya
selama hidup di dunia. Tetapi dalam arti positif, konsumerisme adalah
gaya hidup yang sangat menekankan pentingnya kualitas barang dan jasa yang
digunakan. Sebab tujuan akhir dari penggunaan barang dan jasa adalah
meningkatkan nilai kegunaan (utilitas) kehidupan. Sehingga masyarakat
liberal kapitalis terkenal sebagai penghasil barang dan jasa yang berkualitas.
d. Kompetisi.
Melalui kompetisi akan tersaring
individu-individu atau perusahaan-perusahaan yang mampu bekerja efisien.
Efisiensi ini akan menguntungkan produsen maupun konsumen, atau baik yang
membutuhkan (demander) maupun yang menawarkan (supplier).
e. Harga.
Harga merupakan indikator kelangkaan,
jika barang dan jasa semakin mahal berarti barang dan jasa tersebut semakin
langka. Bagi produsen, gejala naiknya harga merupakan sinyal untuk menambah
produksi agar keuntungan meningkat.
Sejarah dan Perkembangan
Sistem ekonomi
liberal kapitalis lebih bersifat memberikan kebabasan kepada individu/swasta
dalam menguasai sumber daya yang bermuara pada kepentingan masing-masing
individu untuk mendapatkan keuntungan pribadi sebesar-besarnya.
Hal tersebut
tidak terlepas dari berkembangnya paham individualisme dan rasionalisme pada
zaman kelahiran kembali kebudayaan Eropa (renaisance) pada sekitar abad
pertengahan (abad ke-XVI). Yang dimaksud dengan kelahiran kembali kebudayaan
Eropa adalah pertemuan kembali dengan filsafat Yunani yang dianggap sebagai
sumber ilmu pengetahuan modern setelah berlangsungnya Perang Salib pada abad
XII – XV.
Cepat diterimanya
kebudayaan Yunani oleh ilmuwan Eropa tidak terlepas dari suasana masa itu,
dimana Gereja mempunyai kekuasaan yang dominan sehingga berhak memutuskan
sesuatu itu benar atau salah. Hal tersebut mendorong para ilmuwan untuk mencari
alternatif diluar Gereja. Dalam hal ini filsafat Yunani yang mengajarkan bahwa
rasio merupakan otoritas tertinggi dalam menentukan kebenaran, sangat cocok
dengan kebutuhan ilmuwan Eropa waktu itu.
Pengaruh
gerakan reformasi terus bergulir, sehingga mendorong munculnya gerakan
pencerahan (enlightenment) yang mencakup pembaruan ilmu pengetahuan,
termasuk perbaikan ekonomi yang dimulai sekitar abad XVII-XVIII. Salah satu
hasilnya adalah masyarakat liberal kapitalis.
Namun gerakan
pencerahan tersebut juga membawa dampak negatif. Munculnya semangat liberal
kapitalis membawa dampak negatif yang mencapai puncaknya pada abad ke-XIX,
antara lain eksploitasi buruh, dan penguasaan kekuatan ekonomi oleh individu.
Kondisi ini yang mendorong dilakukannya koreksi lanjutan terhadap sistem
politik dan ekonomi, misalnya pembagian kekuasaan, diberlakukannya
undang-undang anti monopoli, dan hak buruh untuk mendapatkan tunjangan dan
mendirikan serikat buruh.
1) Sistem liberal
kapitalis awal/klasik.
Sistem ekonomi liberal kapitalis klasik
berlangsung sekitar abad ke-XVII sampai menjelang abad ke-XX, dimana
individu/swasta mempunyai kebebasan penguasaan sumber daya maupun pengusaan
ekonomi dengan tanpa adanya campur tangan pemerintah untuk mencapai kepentingan
individu tersebut, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai ekses negatif
diantaranya eksploitasi buruh dan penguasaan kekuatan ekonomi. Untuk masa
sekarang, sitem liberal kapitalis awal/klasik telah ditinggalkan.
2) Sistem liberal
kapitalis modern.
Sistem ekonomi liberal kapitalis modern
adalah sistem ekonomi liberal kapitalis yang telah disempurnakan. Beberapa
unsur penyempurnaan yang paling mencolok adalah diterimanya peran pemerintah
dalam pengelolaan perekonomian. Pentingnya peranan pemerintah dalam hal ini
adalah sebagai pengawas jalannya perekonomian. Selain itu, kebebasan individu
juga dibatasi melalui pemberlakuan berbagai peraturan, diantaranya
undang-undang anti monopoli (Antitrust Law). Nasib pekerja juga sudah
mulai diperhatikan dengan diberlakukannya peraturan-peraturan yang melindungi
hak asasi buruh sebagai manusia. Serikat buruh juga diijinkan berdiri dan
memperjuangkan nasib para pekerja. Dalam sistem liberal kapilalis modern tidak
semua aset produktif boleh dimiliki individu terutama yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat banyak, pembatasannya dilakukan berdasarkan
undang-undang atau peraturan-peraturan. Untuk menghindari perbedaan kepemilikan
yang mencolok, maka diberlakukan pajak progresif misalnya pajak barang mewah.
Negara-negara yang menganut sistem
ekonomi liberal kapitalis modern antara lain :
1. Di benua
Amerika, antara lain Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brasil, Chili, Kuba,
Kolombia, Ekuador, Kanada, Maksiko, Paraguay, Peru dan Venezuela.
2. Di benua Eropa,
sebagian besar menganut sistem ini antara lain Austria, Belgia, Bulgaria,
Kroasia, Cekoslovakia, Denmark, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Belanda,
Polandia, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris.
3. Di benua Asia,
antara lain India, Iran, Israel, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan,
Thailand, Turki, Malaysia, Singapura.
4. Kepulauan
Oceania, antara lain Australia dan Selandia Baru.
5. Di benua
Afrika, sistem ekonomi ini terbilang masih baru. Negara yang menganut antara
lain Mesir, Senegal, Afrika Selatan.
E.
Era Pendudukan Jepang
Penjajahan
Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17
Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Presiden RI
Soekarno.
Pada Mei
1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan
Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia
Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra
menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan
Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli
1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan
membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan
militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar
Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia
sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang
tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan,
mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan
hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran
Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Latar
belakang
Bulan
Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri
Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak
menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun
1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi
sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara.
Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka
butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral
Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang
yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk
(pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20
kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65
kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk,
2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal
7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika
Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa
kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam
Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang
akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11
Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur.
Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo
memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari
minggu pagi tanggal 7 Desember 1945, 360 pesawat terbang yang terdiri dari
pembom pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua
gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang
besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut
juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika
tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika
selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember
1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang
Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di
Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki
Hndia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi,
guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa
dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia
Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
F. Cita-cita
Ekonomi Merdeka
Pembangunan
ekonomi indonesia seudah kemerdekaan, haruslah didasarkan pada cita-cita awal
kemerdekaan. Sudah tentu nantinya industrialisasi memegang peranan dalam
membawa perubahan masyarakat pada tingkatan yang lebih tinggi dan lebih teratur
dengan menggunakan hasil teknik modern.
Menurut Muh.
Hatta, ada tiga soal yang berkaitan dengan pembangunan perekonomian Indonesia
yang harus dihadapi yaitu:
·
Soal ideologi: bagaimanamengadakan susunan
ekonomi yangs esuai dengan cita-cita tolong menolong.
·
Soal praktik: politik perekonomian apa yang
praktis dan perlu dijalankan dengan segera di masa yang akan datang.
·
Soal koordinasi: bagaimana mengatur pembangunan
perekonomian Indonesia supaya pembangunan itu sejalan dan berhubungan dengan
pembangunan di seluruh dunia.
Sistem
ekonomi Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945, jelas
menolak sistem ekonomi liberalisme-kapitalisme dan etatisme. Selama masa
kolonialisme (350 tahun) susunan perekonomian Indonesia telah hancur oleh
penerapan sistem ekonomi liberalisme-kapitalisme Belanda. Masyarakat Indonesia
mengalami depresi mental yang sangat parah dan secara ekonomi sangat lemah.
Untuk bangkit dari rasa rendah diri, kesulitan, dan ketakutan, maka pemerintah
mempunyai tanggung jawab besar dalam mengangkat moral dan semangat rakyat agar
mampu melaksanakan pembangunan. Hal itu hanya dapat dilakukan melalui perubahan
sistem dan struktur ekonomi yang kapitalistik-liberalistik (dualistik) menjadi
sistem ekonomi yang demokratis (kekeluargaan). Hal ini sangat jauh berbeda
dengan sistem sosial kemasyarakatn negara-negara barat yang individualistik.
Pilihan
strategi pembangunan yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi daripada pemerataan
telah dijalankan selama masa PJP (pembangunan jangka panjang) I. beberapa
perusahaan besar yang beroperasi di Indoensia menjadi penyumbang keberhasilan
itu. Namun, semua perusahaan yang memberikan kontribusi pada ekonomi Indoensia
masih didominasi oleh perusahaan perusahaan multi nasional (Multi National Corporation/
MNC). Hal ini mengundang keprihatinan dan mempertanyakan keberhasilan
pembangunan dengan model pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini.
Kesenjangan
ekonomi merupakan fenomena yang menonjol selama masa PJP I. angka kemiskinan
masyarakat Indonesia memang mengalami penurunan. Akan tetapi tingkat kemiskinan
dan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat semakin merosot jauh. Praktik
perekonomian yang dijalankan selama lebih dari 50 tahun kemerdekaan ternyata
masih menimbulkan berbagai persoalan.
Persoalan
yang menjadi pusat perhatian banyak pengamat dan kalangan bisnis adalah
kesenjangan yang terjadi di berbagai sektor. Kesenjangan dalam penguasaan skala
bisnis terjadi antara sektor formal dan informal, kecil dan besar. Di satu
pihak, terdapat fenomena konglomerasi yang menguasai sektor bisnis dan
memberikan kontribusi terbesar PNB Indonesia. Namun di pihak lain, terdapat
kesenjangan penguasaan akses ekonomi dan bisnis bagi sektor bisnis menengah,
kecil, dan koperasi.
Sejak tahun
1993, Indonesia mulai mengubah paradigma pembangunan dengan lebih menekankan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini diakibatkan masih besarnya
jumlah rakyat Indonesia yang miskin. Setelah berjalan selama empat puluh tahun,
pemerintahan berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin menjadi sekitar 22,5
juta orang pada tahun 1997 atau sekitar 11,3 % dari jumlah penduduk Indonesia.
G. Ekonomi Indonesia Setiap Periode Pemerintahan
a. Orde
Lama
Pada tanggal
17 Agustus 1945 setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Setlah itu,
khususnya pada tahun-tahun pertama setelah merdeka, keadaan ekonomi Indonesia
sangat buruk; ekonomi nasional boleh dikatakan mengalami stagflasi. Defisit
saldo neraca pembayaran dan defisit keuangan pemerintah sangat besar; kegiatan
produksi di sektor pertanian dan sektor industri manufaktur praktis terhenti;
tingkat inflasi sangat tinggi, hingga mencapai lebih dari 500% menjelang akhir
periode orde lama. Semua ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, yang
penting diantaranya adalah pendudukan Jepang, Perang Dunia II , Perang
Revolusi, dan Manajemen Ekonomi Makro yang sangat jelek.
Dapat
dikatakan bahwa Indoneisa pernah mengalami sistem politik yang sangat
demokratis, yakni pada periode 1949-1956. Akan tetapi, sejarah Indonesia
menunjukan bahwa sistem politik demokrasi tersebut ternyata menyebabkan
kehancuran politik dan perekonomian nasional. Akibat terlalu banyaknya partai
politik yang ada dan semuanya ingin berkuasa, sering terjadi konflik
antarpartai politik. Konflik politik tersebut berkepanjangan sehingga tidak
memberi sedikit pun kesempatan untuk membentuk suatu kabinet yang solid yang
dapat bertahan hingga pemilihan umum berikutnya. Pada masa politik demokrasi
itu, tercatat dalam sejarah bahwa rata-rata umur setiap kabinet hanya sekitar 2
tahun saja. Selama periode 1950-an struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan
zaman kolonialisasi.
Sektor
formal/modern, seperti pertambangan, distribusi, transportasi, bank, dan
pertanian komersi, yang memiliki konstribusi lebis besar daripada sektor informal/tradisional
terhadap output nasional atau produk domestik bruto (PDB) didominasi oleh
perusahaan-perusahaan asing tersebut relatif lebih padat kapital dibanding
kegiatan-kegiatan ekonomi yang didominasi oleh pengusaha pribumi dan beralokasi
di kota-kota besar , seperti Jakarta dan Surabaya.
Keadaan
ekonomi di Indonesia, terutama setelah dilakukan nasionalisasi terhadap semua
perusahaan asing di tanah air, termasuk perusahaa-perusahaan milik Belanda,
menjadi lebih buruk dibanding keadaan ekonomi pada masa penjajahan Belanda,
ditambah lagi dengan peningkatan laju inflasi yang sangat tinggi pada dekade
1950-an. Pada masa pemerintahaan Belanda Indonesia memiliki laju pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik dengan tingkat inflasi yang sangat rendah dan stabil,
terutama karena tingkat upah buruh dan komponen-komponen lainnya dari biaya
produksi yang juga rendah, tingkat efeisensi yang tinggi di sektor pertanian,
dan nilai mata uang yang stabil.
Selain
kondisi politik di dalam negeri yang tidak mendukung, buruknya perekonomian
Indonesia pada masa pemerintahan orde lama juga disebabkan oleh keterbatasan
akan faktor-faktor produksi, seperti orang-orang dengan tingkat kewirausahaan
dan kapabilitas manajemen yang tinggi, tenaga kerja dengan
pendidikan/keterampilan yang tinggi, dana (khususnya untuk membangun
infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh industri), teknologi, dan kemampuan
pemerintah sendiri untuk menyusun rencana dan strategi pembangunan yang baik.
Menurut pengamatan Higgins, sejak kabinet pertama dibentuk setelah merdeka,
pemerintah Indonesia memberikan prioritas pertama terhadap stabilisasi dan
pertumbuhan ekonomi, pembangunan industri, unfikasi, dan rekonstruksi. Akan
tetapi, akibat keterbatasan akan faktor-faktor tersebut diatas dan dipersulit
lagi oleh kekacauan politik nasional pada masa itu, akhirnya pembangunan atau
bahkan rekonstruksi ekonomi Indonesia setelah perang tidak pernah terlaksana
dengan baik.
b. Orde baru
Inflasi pada
tahun 1966 mencapai 650%,dan defisit APBN lebih besar daripada seluruh jumlah
penerimaannya. Neraca pembayaran dengan luar negeri mengalami defisit yang
besar, nilai tukar rupiah tidak stabil” (Gilarso, 1986:221) merupakan gambaran
singkat betapa hancurnya perekonomian kala itu yang harus dibangun lagi oleh
masa orde baru atau juga bisa dikatakan sebagi titik balik.
Awal masa
orde baru menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun
1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru
berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan
dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai ayng berpengaruh terhadap
bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun
1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut
Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
c.
Reformasi
Pada masa krisis ekonomi, ditandai dengan tumbangnya
pemerintahan Orde Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh
pemerintahan Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang
mengalami perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah
stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa mengalami perubahan guna
menyesuaikan dengan keadaan.
Masa
Kepemimpinan B.J. Habibie
Pada awal pemerintahan reformasi, masyarakat umum dan
kalangan pengusaha dan investor, termasuk investor asing, menaruh pengharapan
besar terhadap kemampuan dan kesungguhan pemerintah untuk membangkitkan kembali
perekonomian nasional dan menuntaskan semua permasalahan yang ada di dalam
negeri warisan rezim orde baru, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);
supremasi hukum; hak asasi manusia (HAM); Tragedi Trisakti dan Semanggi I dan
II; peranan ABRI di dalam politik; masalah disintegrasi; dan lainnya.
Masa
pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter
Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu,
Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan
berekspresi.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar
rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada
akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR,
nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang
tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia
juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian.
Untuk
menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
·
Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan
melalui pembentukan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dan unit
Pengelola Aset Negara
·
Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
·
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di
bawah Rp. 10.000,00
·
Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah
utang luar neegeri
·
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan
IMF
·
Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
·
Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
Pemerintahan presiden B.J. Habibie yang mengawali masa
reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang
ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas
politik.
Masa Kepemimpinan K.H. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur)
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, pada
tahun 1999 kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan.
Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak jauh dari 0% dan pada tahun
2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi dengan laju
pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan
tingkat suku bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi moneter di
dalam negeri sudah mulai stabil.
Akan tetapi, ketenangan masyarakat setelah terpilihnya
Presiden Indonesia keempat tidak berlangsung lama. Presiden mulai menunjukkan
sikap dan mengeluarkan ucapan-ucapan kontroversial yang membingungkan
pelaku-pelaku bisnis. Presiden cenderung bersikap diktator dan praktek KKN di
lingkungannya semakin intensif, bukannya semakin berkurang yang merupakan salah
satu tujuan dari gerakan reformasi. Ini berarti bahwa walaupun namanya
pemerintahan reformasi, tetapi tetap tidak berbeda denga rezim orde baru. Sikap
presiden tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) yang klimaksnya adalah dikelurakannya peringatan resmi kepada Presiden
lewat Memorandum I dan II.
Dengan dikeluarkannya Memorandum II, Presiden terancam
akan diturunkan dari jabatannya jika usulan percepatan Sidang Istomewa MPR jadi
dilaksanakan pada bulan Agustus 2001.
Selama pemerintahan reformasi, praktis tidak ada satu
pun masalah di dalam negeri yang dapat terselesaikan dengan baik. Berbagai
kerusuhan sosial yang bernuansa disintegrasi dan sara terus berlanjut, misalnya
pemberontakan Aceh, konflik Maluku, dan pertikaian etnis di Kalimantan Tengah.
Belum lagi demonstrasi buruh semakin gencar yang mencerminkan semakin tidak
puasnya mereka terhadap kondisi perekonomian di dalam negeri, juga pertikaian
elite politik semakin besar.
Selain itu, hubungan pemerintah Indonesia dibawah
pimpinan Abdurrahman Wahid dengan IMF juga tidak baik, terutama karena masalah
amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia; penerapan otonomi
daerah, terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam uang dari luar
negeri; dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya. Tidak
tuntasnya revisi tersebut mengakibatkan IMF menunda pencairan bantuannya kepada
pemerintah Indonesia, padahal roda perekonomian nasional saat ini sangat
tergantung pada bantuan IMF. Selain itu, Indonesia terancam dinyatakan bangkrut
oleh Paris Club (negara-negara donor) karena sudah kelihatan jelas bahwa
Indonesia dengan kondisi perekonomiannya yang semakin buruk dan defisit
keuangan pemerintah yang terus membengkak, tidak mungkin mampu membayar kembali
utangnya yang sebagian besar akan jatuh tempo tahun 2002 mendatang. Bahkan,
Bank Dunia juga sempat mengancam akan menghentikan pinjaman baru jika kesepakatan
IMF dengan pemerintah Indonesia macet.
Ketidakstabilan politik dan social yang tidak semakin
surut selama pemerintahan Abdurrahman Wahid menaikkan tingkat country risk
Indonesia. Ditambah lagi dengan memburuknya hubungan antara pemerintah Indonesia
dan IMF. Hal ini membuat pelaku-pelaku bisnis, termasuk investor asing, menjadi
enggan melakukan kegiatan bisnis atau menanamkan modalnya di Indonesia.
Akibatnya, kondisi perekonomian nasional pada masa pemerintahan reformasi
cenderung lebih buruk daripada saat pemerintahan transisi. Bahkan, lembaga
pemeringkat internasional Moody’s Investor Service mengkonfirmasikan
bertambah buruknya country risk Indonesia. Meskipun beberapa indikator
ekonomi makro mengalami perbaikan, namun karena kekhawatiran kondisi politik
dan sosial, lembaga rating lainnya (seperti Standard & Poors)
menurunkan prospek jangka panjang Indonesia dari stabil ke negatif.
Kalau kondisi seperti ini terus berlangsung, tidak
mustahil tahun 2002 ekonomi Indonesia akan mengalami pertumbuhan jauh lebih
kecil dari tahun sebelumnya, bahkan bisa kembali negatif. Pemerintah tidak
menunjukkan keinginan yang sungguh-sungguh (political will) untuk
menyelesaikan krisis ekonomi hingga tuntas dengan prinsip once and for all.
Pemerintah cenderung menyederhanakan krisis ekonomi dewasa ini dengan
menganggap persoalannya hanya terbatas pada agenda masalah amandemen UU Bank
Indonesia, desentralisasi fiskal, restrukturisasi utang, dan divestasi
BCA dan Bank Niaga. Munculnya berbagai kebijakan pemerintah yang controversial
dan inkonsistens, termasuk pengenaan bea masuk impor mobil mewah untuk kegiatan
KTT G-15 yang hanya 5% (nominalnya 75%) dan pembebasan pajak atas pinjaman luar
negeri dan hibah, menunjukkan tidak adanya sense of crisis terhadap
kondisi riil perekonomian negara saat ini.
Fenomena makin rumitnya persoalan ekonomi ditunjukkan
oleh beberapa indikator ekonomi. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
antara 30 Maret 2000 hingga 8 Maret 2001 menunjukkan growth trend yang
negatif. Dalam perkataan lain, selama periode tersebut IHSG merosot
hingga lebih dari 300 poin yang disebabkan oleh lebih besarnya kegiatan
penjualan daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham di dalam negeri.
Hal ini mencerminkan semakin tidak percayanya pelaku bisnis dan masyarakat
terhadap prospek perekonomian Indonesia, paling tidak untuk periode jangka
pendek.
Soal Sejarah Ekonomi Indonesia
1. Suku bangsa dari daratan
Tiongkok yang bermigrasi ke Indonesia, bernama…
a.
Mohn Kmer
b.
Dravida
c.
Tiongkok
d.
Mindano
2. Kolonialisme berasal dari nama seorang petani Romawi yaitu…
2. Kolonialisme berasal dari nama seorang petani Romawi yaitu…
a.
Colonia
b.
Colonus
c.
Maeda
d.
Colonius
3. VOC berdiri pada tanggal…
a.
20 Maret 1511
b.
18 Agustus 1511
c.
18 Agustus 1602
d.
20 Maret 1602
4. Ketentuan Pokok di dalam Sistem Tanam Paksa, sebanyak…
4. Ketentuan Pokok di dalam Sistem Tanam Paksa, sebanyak…
a.
5
b.
6
c.
7
d.
8
5. Ciri dari sistem ekonomi liberal kapitalis antara lain, kecuali…
5. Ciri dari sistem ekonomi liberal kapitalis antara lain, kecuali…
a.
Masyarakat
diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi
b.
Kegiatan selalu
mempertimbangkan keadaan pasar
c.
Pasar merupakan
dasar setiap tindakan ekonomi
d.
Barang-barang
produk yang dihasilkan bermutu rendah
Bab 3
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Indonesia
A. Masalah
Sumber Daya Alam, Struktur Penguasaan SDA
Sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.000 pulau, Indonesia
membentangkan antara dua kawasan biogeografis , kawasan Indomelayu dan Australia
dan mendukung berbagai jenis kehidupan flora dan fauna dalam hutan basah yang
asli dan kawasan pesisir dan laut yang kaya. Sekitar 3.305 spesies hewan
amfibi, burung, mamalia dan reptil dan sedikitnya 29.375 spesies tanaman
berpembuluh tersebar di pulau-pulau ini, yang diperkirakan mencapai 40 persen
dari biodiversitas di kawasan APEC. Namun, lingkungan alam yang indah dan
sumber daya yang kaya harus terus menghadapi tantangan dari fenomena alam
karena Indonesia terletak pada ring Api Pasifik seismik yang tinggi yang
mengalami 90 persen gempa bumi dunia.
Pada umumnya
negara berkembang seperti Indonesia menghadapi masalah dan tantangan dalam
mengelola sumberdaya alamnya secara berkelanjutan. Diantara masalah-masalah
tersebut adalah tekanan terhadap lingkungan alami. Permasalahan penyebab
tekanan terhadap lingkungan tersebut yang diantaranya adalah kelangkaan
beberapa jenis bahan bakar terutama premium dan minyak tanah. Kelakuan oknum
yang tidak bertanggung jawab turut memperparah keadaan. Hal ini dipicu dari
lemahnya pengawasan pemerintah terhadap sistem distribusi barang yang menjadi
hajat hidup orang banyak ini.Perlu peran aktif pemerintah untuk terus
memperkuat komitmen memperketat pengawasan terhadap sistem distribusi barang
yang menjadi hajat hidup orang banyak ini.
B. Kebijakan
Sumber Daya Alam, Struktur Penguasaan SDA
Kebijakan pengelolan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup di Indonesia masih jauh dari amanat konstitusi yaitu sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. Sistem ekonomi-politik neoliberal kapitalistik
yang diakomodasi oleh pemerintah melalui berbagai kebijakannya telah
menempatkan sumberdaya alam hanya sebatas komoditi yang diorientasikan untuk
memenuhi kepentingan pasar. Kebijakan ini telah mendorong eksploitasi
sumberdaya alam yang berlebihan, ketimpangan penguasaan akses dan kontrol,
ketidakadilan dan bahkan lebih jauh telah menyebabkan kerusakan pada air,
tanah dan udara yang berakibat pada bencana ekologis dan tersingkirnya
rakyat dari sumber-sumber kehidupan mereka.
Diperlukan tindakan sistematis untuk memulihkan dan
melindungi kondisi ekologis, sosial, ekonomi, politik dan budaya dengan
menjamin akses dan kontrol rakyat atas sumber-sumber kehidupan yang adil dan
lestari.
C. Dominasi
Sumber Daya Alam di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang
sangat besar. Menyimpan banyak sumber mineral, energy, perkebunan , hasil hutan
dan hasil laut yang melimpah. Saat ini Indonesia berada pada peringkat 6 dalam
hal cadangan emas, nomor 5 dalam produksi tembaga, berada pada urutan 5 dalam
produksi bauksit, penghasil timah terbesar di dunia setelah Cina, produsen
nikel terbesar ke dua di dunia. Tambang Grasberg Papua adalah tambang terbesar
di dunia. Kesimpulannya negara ini berada dalam urutan teratas dalam hal raw
material.
Negara ini adalah produsen sumber energi terbesar.
Berada pada urutan nomor 2 eksportir batubara di dunia setelah Australia,
eksportir gas alam bersih LNG terbesar di dunia, seperempatnya dikirim ke
Singapura. Eksportir terbesar gas alam cair setelah Qatar dan Malaysia. Dalam
hal komoditi perkebunan Indonesia berada pada nomor 1 dalam produksi CPO,
produsen karet terbesar di dunia, berada dalam urutan 3 dalam hal produksi
kakao, merupakan produsen kopi terbesar di dunia bersama Vietnam dan Brasil.
Soal Pengelolaan
Sumber Daya Alam Indonesia
a.
Tekanan terhadap lingkungan alami
b.
Tekanan terhadap lingkungan buatan
c.
Tekanan terhadap lingkungan eksternal
d.
Tekanan terhadap lingkungan internal
a.
Kelangkaan oknum
b.
Kelangkaan distribusi
c.
Kelangkaan beberapa jenis bahan bakar
terutama premium dan minyak tanah
d.
Kelangkaan beberapa jenis bahan bakar
seperti gas
a.
Sumberdaya alam dan lingkungan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat
b.
Sumberdaya alam dan lingkungan dikelola
secara individual
c.
Sumberdaya alam dan lingkungan
sebesar-besarnya untuk kelompok
d.
Sumberdaya alam untuk pribadi
a.
Malaysia
b.
Singapura
c.
Australia
d.
Papua
a.
Singapura dan Malaysia
b.
Vietnam dan Afrika
c.
Vietnam dan Brazil
d.
Brazil dan Portugal
Bab
4
Produk
Domestik Bruto Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
A.
Produk Domestik Bruto
PDB (Gross Domestic Product/GDP)
adalah jumlah nilai dari semua produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu kawasan di dalam periode waktu tertentu. PDB mencakup konsumsi
pemerintah, konsumsi masyarakat, investasi dan eksport dikurangi impor di dalam
kawasan tertentu.
Rumus PDB :
PDB
= C + I + G + (X-I)
C= Konsumsi masyarakat
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
X = Eksport
I = Import
PDB merupakan salah satu indikator
yang penting dalam melihat sehat tidaknya perekonomian suatu kawasan selain
untuk menakar tingkat kemakmuran kawasan tersebut. Biasanya PDB disajikan
sebagai perbandingan tahun sebelumnya. Sebagai contohnya jika PDB tahun ke
tahun Indonesia naik 5,5% itu artinya ekonomi Indonesia bertumbuh
sebanyak 5,5% selama tahun terakhir tersebut.Seperti yang biasa terlihat,
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang dipresentasikan oleh PDB mempunyai
dampak yang besar kepada perekonomian. Sebagai contohnya, jika ekonomi suatu
negara dinyatakan sehat maka dapat diartikan dengan tingkat pengangguran yang
rendah dimana banyak permintaan tenaga kerja dengan upah gaji yang meningkat
menandakan pertumbuhan dari industri-industri di dalam ekonomi. Perubahan yang
signifikan di dalam PDB apaah positif atau negatif mempunyai dampak yang besar
kepada pasar saham. Dengan mudah dapat dijelaskan bahwa ekonomi yang tidak
sehat berarti penurunan keuntungan bagi perusahaan yang dalam arti praktis
diartikan sebagai penurunan harga saham perusahaan tersebut. Investor sangat
khawatir dengan pertumbuhan negatif PDB yang dapat diartikan oleh para ekonom,
yaitu tanda terjadinya resesi.
B. Pertumbuhan
dan Perubahan Struktur Ekonomi
Kesejahteraan
masyarakat dari aspek eknomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional
per-kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi
menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada awal
pembangunan ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan eknomi
berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk negara-negara seperti Indonesia
yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi ditambah lagi fakta bahwa penduduk Indonesia dibawah garis
kemiskinan juga besar, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan
lajunya harus jauh lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan
pendapatan masyarakat per-kapita dapat tercapai.Pertumbuhan ekonomi dapat
menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan
pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga
harus disertai dengan program pembangunan sosial.
C. Pertumbuhan Ekonomi selama Orde
Baru hingga Saat Ini
Ketika orde baru mulai dengan
pemerintahannya di tahun 1966, ekonomi Indonesia dalam keadaan porak poranda. Antara tahun 1962 sampai 1966, pertumbuhan PDB hanya 2 % per tahun, yang lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk, sehingga pendapatan nasional per kapita menurun. Investasi dalam % dari PDB, yang sangat strategis artinya bagi pertumbuhan ekonomi menurun. Infra struktur dalam bidang transportasi, komunikasi, irigasi dan kelistrikan memburuk. Anggaran negara yang selalu defisit, ditambah dengan defisit dalam neraca pembayaran menyebabkan menyusutnya cadangan devisa. Di tahun 1962 defisit anggaran negara 63 %, yang meningkat menjadi 127 % di tahun 1966.
Defisit ganda dari anggaran negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan hiper inflasi. Di tahun 1966, inflasinya mencapai 635 %.Pemerintah yang tidak cukup mempunyai cadangan devisa melakukan penjatahan dalam penjualan devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan perbandingan harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali lipat. Perbedaan ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.Dalam keadaan yang demikian, dengan sendirinya orang tidak mau memegang rupiah. Rupiah segera dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat. Maka dunia perbankan tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan uang di bank. Pelarian modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan sehari-hari dari para anggota masyarakat kita.
Defisit ganda dari anggaran negara dan neraca pembayaran juga mengakibatkan hiper inflasi. Di tahun 1966, inflasinya mencapai 635 %.Pemerintah yang tidak cukup mempunyai cadangan devisa melakukan penjatahan dalam penjualan devisa, sehingga timbul pasar gelap untuk valuta asing dengan perbandingan harga antara pasar gelap dan kurs resmi dengan 2 sampai 3 kali lipat. Perbedaan ini terus meningkat sampai pernah mencapai 10 kali lipat.Dalam keadaan yang demikian, dengan sendirinya orang tidak mau memegang rupiah. Rupiah segera dijadikan barang yang harganya setiap hari meningkat. Maka dunia perbankan tidak berfungsi, karena tidak ada orang yang menyimpan uang di bank. Pelarian modal ke luar negeri dan spekulasi adalah kegiatan sehari-hari dari para anggota masyarakat kita.
Dengan kondisi perekonomian yang
porak poranda seperti tergambarkan di atas, pemerintah tidak dapat langsung
menyusun paket pertumbuhan ekonomi sebelum konsolidasi dan rehabilitasi. Yang
pertama-tama ditanggulangi adalah penekanan inflasi. Caranya dengan
menyeimbangkan anggaran negara. Uang beredar diturunkan melalui pemberian bunga yang sangat tinggi untuk deposito berjangka
pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996, jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 trilyun.
pada bank-bank milik negara, yaitu 60 % setahun. Asal usul deposito tidak dapat disusut. Deposito dan tabungan di bank-bank BUMN yang di tahun 1962 hanya Rp. 5,- milyar, meningkat menjadi Rp. 34,- milyar di tahun 1969, dan meningkat terus menjadi Rp. 122,- milyar di tahun 1972. Sekarang, atau untuk tahun 1996, jumlah tabungan dan deposito dalam perbankan keseluruhan, baik BUMN maupun bank-bank swasta lainnya mencapai angka 172,7 trilyun.
Sistem lalu lintas devisa dibuat
bebas. Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing, terutama dollar AS, dipertahankan pada kurs tertentu dengan dollar AS, yang stabilitasnya dijamin oleh BI. Setelah itu, diambangkan secara terkendali, yang sebanyak mungkin diserahkan pada mekanisme pasar, dengan stabilisasi melalui intervensi oleh Bank Indonesia.Utang-utang luar negeri dijadualkan
kembali. Negara-negara kreditur tidak hanyabersedia menjadualkannya kembali,
tetapi mereka juga membentuk konsorsium untuk memberikan utang kepada
Indonesia. Kelompok ini terkenal dengan nama Inter Governmental Group on
Indonesia atau IGGI. Setelah terjadi ketegangan dengan pemerintah Belanda, dan
mengeluarkannya, nama kelompok negara- negara donor tanpa Belanda menjadi
Consultative Group on Indonesia atau CGI.
Setelah tahap konsolidasi dilampaui,
pemerintah mulai dengan program meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari pihak pemerintah, pemompaan daya beli pada masyarakat dilakukan melalui pembangunan infrastruktur secara besar-besaran. Investasi dari sektor swasta, baik yang domestik maupun asing dipacu dengan berbagai insentif seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).Pemerintah orde baru dapat melakukan pembangunan ekonomi dengan
stabilitas politik yang kokoh. Stabilitas politik diserahkan kepada ABRI, yang
memberlakukan security approach, sedangkan pembangunan ekonomi
diserahkan kepada para profesional, yang kebanyakan bukan politisi. Dengan bantuan dari lembaga-lembaga internasional, baik dalam nasihat maupun dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah membuahkan hasil yang gemilang.
memberlakukan security approach, sedangkan pembangunan ekonomi
diserahkan kepada para profesional, yang kebanyakan bukan politisi. Dengan bantuan dari lembaga-lembaga internasional, baik dalam nasihat maupun dukungan dana, pembangunan selama orde baru telah membuahkan hasil yang gemilang.
Pertumbuhan ekonomi antara tahun
1970 sampai tahun 1996 berfluktuasi antara yang paling rendah 2,25 % di tahun
1982, 2,26 % di tahun 1985 dan 3,21 % ditahun 1986. Pertumbuhan pernah mencapai 14,6 % di tahun 1987 yang merupakan perkecualian. Pada umumnya pertumbuhan berfluktuasi antara 6 sampai 8 %. Pertumbuhan rata-rata dari 1969 sampai 1997 adalah 6,9 %. Ini adalah sebuah prestasi yang mengagumkan banyak negara-negara maju dan lembaga-lembaga internasional. Dengan pertumbuhan penduduk yang rata-rata 2
% setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
% setahun, pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mengalami kemajuan dari $ 76,- di tahun 1971 menjadi $ 1.136 di tahun 1996.
Sejak tahun 1970, inflasi terrendah
adalah di tahun l985 sebesar 4,7 %, dan
inflasi tertinggi di tahun 1974 sebesar 40,6 %, dengan rata-rata inflasi
sebesarl2,26 % Kalau sejak tahun 1974, ekspor migas selalu di atas 70 % dari keseluruhan ekspor, dan bahkan pernah mencapai 82,4 % di tahun 1982, maka sekarang, di tahun 1996 ekspor minyak bumi dan gas alam hanya merupakan 23,5 % saja dari keseluruhan ekspor. Ini berarti bahwa ketergantungan kita pada migas sangat
berkurang. Dengan produksi migas yang tidak menyusut, perbandingan ini
menunjukkan betapa industrialisasi telah meningkat pesat. Di tahun 1968 sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDB adalah 51
%, sedangkan sumbangan industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi pertanian yang tidak menyusut, sumbangan sektor industri manufaktur terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor pertanian, karena sudah merupakan 25,5 %, sedangkan sumbangan sektor pertanian 16,5 %. Ini berarti bahwa perekonomian telah mengalami modernisasi dan transformasi dari berat pertanian pada berat industrialisasi, tanpa pertaniannya menjadi lemah. Target pemerintah meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas pertanian yang kuat telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
inflasi tertinggi di tahun 1974 sebesar 40,6 %, dengan rata-rata inflasi
sebesarl2,26 % Kalau sejak tahun 1974, ekspor migas selalu di atas 70 % dari keseluruhan ekspor, dan bahkan pernah mencapai 82,4 % di tahun 1982, maka sekarang, di tahun 1996 ekspor minyak bumi dan gas alam hanya merupakan 23,5 % saja dari keseluruhan ekspor. Ini berarti bahwa ketergantungan kita pada migas sangat
berkurang. Dengan produksi migas yang tidak menyusut, perbandingan ini
menunjukkan betapa industrialisasi telah meningkat pesat. Di tahun 1968 sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan PDB adalah 51
%, sedangkan sumbangan industri manufaktur hanya 8,5 %. Dengan produksi pertanian yang tidak menyusut, sumbangan sektor industri manufaktur terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto di tahun 1996 sudah meninggalkan sektor pertanian, karena sudah merupakan 25,5 %, sedangkan sumbangan sektor pertanian 16,5 %. Ini berarti bahwa perekonomian telah mengalami modernisasi dan transformasi dari berat pertanian pada berat industrialisasi, tanpa pertaniannya menjadi lemah. Target pemerintah meningkatkan industrialisasi berdasarkan atas pertanian yang kuat telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Sejak tahun 1970, ekspor non migas
mengalami kenaikan dari $ 475,- juta ditahun 1966 menjadi $ 38,093 milyar di tahun 1996. Pertumbuhan ekonomi di
indonesia ini mencapai 6% tahun ini, menurut BI ( bank Indonesia), ekonomi
Indonesia mencapai 5,5-6% pada tahun ini meningkat menjadi 6-6,5% pada tahun
2011dengan demikian prospek ekonomi indonesia semakin bagus. perbaikan ekonomi
indonesia bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global
pada saat ini, seperty ekspor yang mencatatat pertunjukan yang sangat positif,
dan lebih baik lagi berbaremgan dengan impor yang akan lebih baik lagi dan
berdapak bagus di dalam amupun di luar negeri. selain didukung perkembangan
ekonomi global dan domestik yang membaik menurut BI (bank Indonesia) ekonomi
tahun depan juga disongkoh konsumsi rumah tangga yang kuat, peningkatan sektor
eksternal, dan peningkatan investasi, kata Gubernur BI Darma nasution di
jakarta.
D. Faktor-faktor
Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ada beberapa faktor yang memengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor
non-ekonomi. Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
modal, dan keahlian atau kewirausahaan.Sumber daya alam yang meliputi tanah dan
kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan,
tambang dan hasil laut sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara,
terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan
kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu
yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan
keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah
penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil
produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas
yang ada.Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah
bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali
dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.Faktor nonekonomi
mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
E. Perubahan
Struktur Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menentukan
terjadinya perubahan struktur ekonomi antara lain:
·
Produktivitas
tenaga kerja per sektor secara keseluruhan
·
Adanya
modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku, barang
setengah jadi dan barang jadi.
·
Kreativitas
dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas pasar
produk/jasa yang dihasilkannya.
·
Kebijakan
pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor dan komoditi
unggulan
·
Ketersediaan
infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang dan jasa
serta mendukung proses produksi.
·
Kegairahan
masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-menerus
·
Adanya
pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah
·
Terbukanya
perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor
Struktur perekonomian adalah besar
share lapangan usaha terhadap total PDRB baik atas dasar harga yang berlaku
maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur perekonomian, maka kita dapat
menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah.
Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah.
Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi
struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin
besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total
PDRB.
Dalam kaitannya dengan transformasi
struktural, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah : Pertama,
kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti
dengan peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah
rata-rata, khususnya di sektor pertanian. Kedua, perlu diupayakan peningkatan
nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri pengolahan, khususnya industri
skala kecil dan menengah yang dibangun dengan basis pertanian. Hal ini
mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan harus dapat mendorong
dan menyerap hasil dari sektor pertanian. Ketiga, berkenaan dengan sektor
tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan harus terus dikembangkan
dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan sekunder, termasuk
perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar negeri). Sementara
perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan
pariwisata guna menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata
lainnya, seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di
samping itu, pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus
ditingkatkan, misalnya melalui pembangunan pariwisata yang lebih intensif,
transformasi dan revitalisasi sektor informal menjadi sektor formal yang lebih
menekankan skill dan pengetahuan.
Soal Produk Domestik Bruto, Pertumbuhan dan Perubahan
Struktur Ekonomi
a.
PBB
b. PDB
c.
PPH
d.
SDA
a. PDB = C – I – G - (X + I)
b. PDB + C + I + G = (X – I)
c. PDB – C – I + G = (X +
I)
d. PDB = C + I + G + (X – I)
a. Sumber daya alam
b. Sumber daya modal
c. Mesin
d. Keahlian
a. Kreativitas
dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas pasar
produk/jasa yang dihasilkannya
b. Adanya
pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah
c. Kurangnya gairah masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan
investasi secara terus-menerus
d. Terbukanya
perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor
a. Faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi
b. Faktor ekonomi dan
faktor sosial
c. Faktor sosial dan faktor
non-ekonomi
d. Faktor sosial dan faktor
non-sosial